MARXISME-LENINISME
Penyimpangan Ajaran Karl Marx dan Pengaruhnya dalam Kesusastraan Indonesia
Rina Tyas Sari
06/196263/SA/13618
Sastra Indonesia
1. Pengantar
Esensi perjalanan pemikiran dari masa ke masa pada dasarnya hanya untuk mencari kebenaran, yakni usaha pemikir (filsuf) untuk menjadikan hasil pemikirannya valid dan dipakai sepanjang zaman. Paul Natrop mengatakan “Segala kebenaran maunya diketahui dan dinyatakan, dan juga dibenarkan; Kebenaran itu sendiri tidak memerlukan hal itu, karena dialah yang menunjukkan apa yang diakui benar dan harus berlaku”.
Pernyataan Natrop di atas adalah kritik terhadap persoalan peradaban yang terbukti bahwa kebenaran setiap pemikiran dari masa ke masa selalu menjadi kebenaran sementara (hypo-knowledge), karena pada suatu saat terfalsifikasi oleh pembaharuan dan kebenaran yang baru, dengan catatan kebenaran yang terfalsifikasi tidak pernah dihilangkan, hanya saja tidak digunakan lagi. Hal ini menyebabkan kebenaran-kebenaran dari masa ke masa membentuk mata rantai yang saling berkaitan.
Catatan sejarah menyatakan bahwa pemikiran selalu menghegemoni kesadaran manusia secara imajinatif-idealis yang kemudian menggerakkan manusia ke dalam wilayah praktis.
Sejarah pemikiran diawali oleh filosofi alam dengan tokoh-tokohnya antara lain Thales, Anaximandors, dan Anaxmenes. Filosofi alam kemudian difalsifikasi oleh filosofi Herakleitos. Begitu pula selanjutnya, berturut-turut filosofi Herakleitos difalsifikasi oleh filosofi Elea, kemudian oleh Pythagoras, kemudian filosofi sofisme, dan filosofi Klasik.
Tokoh-tokoh besar filosofi Klasik diantaranya Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Filosofi Klasik inilah yang selanjutnya menjadi ruh dalam pemikiran-pemikiran modern.
2. Filsuf Terkemuka Karl Marx
Sejarah pemikiran modern mencatat nama Karl Marx sebagai filsuf terkemuka abad ke-19. Pola pemikiran Marx dimasukkan sebagai satu di antara tiga momen besar filsafat yang pernah ada di sekitar abad ke-18 dan abad ke-20, yaitu momen Descartes dan John Locke, dan momen Kant dan Hegel.
Pemikiran Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Pemikiran Marx tidak hanya pada persoalan politis-ideologis, tetapi juga menyebar luas ke dalam struktur kognisi masyarakat dalam pembentukan teori (ilmu). Magnis Suseno mengemukakan, tanpa pemikiran Marx, abad ke-20 akan berlangsung sangat berbeda.
3. Penafsiran yang Salah Atas Pemikiran Karl Marx
Pemikiran Marx yang berpengaruh di bidang ilmu pengetahuan terutama pemikiran di bidang sosiologi, ekonomi, dan politik. Oleh para filsuf lainnya dikatakan bahwa pemikiran Marx rumit dan sulit dimengerti. Oleh karena itu, banyak filsuf yang mencoba melakukan penafsiran atas pemikiran Marx.
Pada pertengahan abad ke-19 , Friedrich Engels dan Kar Kautsky membakukan ajaran Marx dengan menyederhanakannya agar cocok sebagai ideologi perjuangan kaum buruh. Pada waktu itu, George Lukacs menentang pembakuan yang disebut marxisme oleh Engels dan Kautsky tersebut. Lukacs menyatakan bahwa marxisme adalah penafsiran yang salah, menyimpang dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx.
Pembakuan ajaran Marx tersebut mencapai puncaknya ketika Lenin mengkonstratir ‘marxisme-leninisme’ sebagai ideologi resmi ajaran Komunisme di Rusia. Sejak saat itulah, marxisme-leninisme menjadi kekuatan politis dan ideologi internasional yang menakutkan dan ditakuti.
4. Marxisme-leninisme
Ajaran marxisme-leninisme yang diterapkan Lenin di Rusia adalah sebagai berikut.
Di segenap penjuru dunia yang beradab, ajaran-ajaran Marx ditentang dan diperangi oleh semua ilmu pengetahuan borjuis (baik pejabat resmi-official-maupun kaum liberal), yang memandang marxisme semacam “sekte jahat”. Tidak bisa diharapkan adanya sikap lain, karena tidak ada ilmu sosial yang netral dalam suatu masyarakat yang berbasiskan perjuangan kelas. Lewat satu dan lain cara, semua pejabat resmi dan ilmuwan liberal, membela perbudakan upahan (wage slavery), sedangkan marxisme telah jauh-jauh hari menyatakan perang tanpa henti terhadap perbudakan itu. Mengharapkan sikap netral dari ilmu pengetahuan dalam masyarakat perbudakan upahan adalah bodoh, sama naifnya dengan mengharapkan sikap netral dari para pemilik pabrik dalam menghadapi pertanyaan apakah upah buruh dapat dinaikkan tanpa mengurangi keuntungan modal.
Namun bukan hanya itu. Sejarah filosofi dan sejarah ilmu-ilmu sosial memperlihatkan dengan jelas bahwa dalam marxisme tidak terdapat adanya “sektarianisme”, dalam artian adanya doktrin-doktrin yang sempit dan picik , doktrin yang dibangun jauh dari jalan raya perkembangan peradaban dunia. Sebaliknya, si jenius Marx dengan tepat menempatkan jawaban-jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang diajukan oleh pikiran-pikiran termaju dari umat manusia. Doktrin-doktrinnya bangkit sebagai kelanjutan langsung dari ajaran-ajaran besar dalam bidang filosofi, ekonomi-politik, dan sosialisme.
Doktrin-doktrin marxis bersifat serba guna karena tingkat kebenarannya yang tinggi, juga komplit dan harmonis, serta melengkapi kita dengan suatu pandangan dunia yang integral, yang tidak bisa dipersatukan dengan berbagai macam tahyul, reaksi, atau tekanan dari pihak borjuis. Marxisme merupakan penerus yang sah dari beberapa pemikiran besar umat manusia dalam abad 19 yang direpresentasikan oleh filsafat klasik Jerman, ekonomi-politik Inggris dan sosialisme Prancis.
Inilah tiga sumber dari marxisme, filsafat yang dipakai marxisme adalah materialisme. Sepanjang sejarah Eropa modern, dan khususnya pada akhir abad 18 di Prancis, di mana terdapat perjuangan yang gigih terhadap berbagai sampah dari abad pertengahan, terhadap perhambaan dalam berbagai lembaga dan gagasan, materialisme terbukti merupakan satu-satunya filosofi yang konsisten, benar terhadap setiap cabang ilmu alam dan dengan gigih memerangi berbagai bentuk tahyul, penyimpangan dan seterusnya. Musuh-musuh demokrasi selalu berusaha untuk “menyangkal”, mencemari dan memfitnah materialisme, membela berbagai bentuk filosofi idealisme, yang selalu, dengan satu dan lain cara, menggunakan agama untuk memerangi materialisme.
Marx dan Engels membela filosofi materialisme dengan tekun dan berulangkali menjelaskan bagaimana kekeliruan terdahulu adalah setiap penyimpangan dari basis ini. Pandangan-pandangan mereka dijelaskan secara panjang lebar dalam karya Engels, Ludwig Feuerbach dan Anti-Duhring, yang seperti halnya communist manifesto, merupakan buku pegangan bagi setiap pekerja yang memiliki kesadaran kelas.
Namun Marx tidak berhenti pada materialisme abad 18: ia mengembangkannya lebih jauh, ke tingkat yang lebih tinggi. Marx memperkaya materialisme dengan penemuan-penemuan dari filosofi klasik Jerman, khususnya sistem Hegel, yang kemudian mengarah kepada pemikiran Feuerbach. Penemuan yang paling penting adalah dialektika, yaitu doktrin tentang perkembangan dalam bentuknya yang paling padat, paling dalam dan amat komprehensif. Doktrin tentang relativitas pengetahuan manusia yang melengkapi kita dengan suatu refleksi terhadap materi-materi yang terus berkembang. Penemuan-penemuan terbaru dalam bidang ilmu alam: radium, elektron, transmutasi elemen, merupakan bukti nyata dari materialisme dialektis yang diajarkan Marx, berbeda dengan dengan ajaran-ajaran para filosof borjuis dengan idealisme mereka yang telah usang dan dekaden.
Marx memperdalam dan mengembangkan filosofi materialisme sepenuhnya, serta memperluas pengenalan terhadap alam dengan memasukkan pengenalan terhadap masyarakat manusia. Materialisme historisnya yang dialektis merupakan pencapaian besar dalam pemikiran ilmiah. Kekacauan yang merajalela dalam berbagai pandangan sejarah dan politik digantikan dengan suatu teori ilmiah yang amat integral dan harmonis, yang memperlihatkan bagaimana, dalam konsekuensinya dengan pertumbuhan kekuatan-kekuatan produktif, suatu sistem kehidupan sosial muncul dari sistem kehidupan sosial yang ada sebelumnya dan berkembang melalui berbagai tahapan. Contoh kongkretnya: kapitalisme yang muncul dari feodalisme.
Seperti halnya pengetahuan manusia merefleksikan alam (yang merupakan materi yang berkembang) yang keberadaannya tidak tergantung dari manusia, begitu pula pengetahuan sosial (berbagai pandangan dan doktrin yang dihasilkan manusia-filosofi, agama, politik, dan seterusnya) merefleksikan sistem ekonomi dari masyarakat. Berbagai lembaga politik merupakan superstruktur di atas fondasi ekonomi. Kita melihat, sebagai contoh, bahwa berbagai bentuk politis dari negara-negara Eropa modern memperkuat dominasi pihak borjuasi terhadap pihak proletariat.
Filosofinya Marx merupakan filosofi materialisme terapan, yang mana membekali umat manusia, khususnya kelas pekerja, dengan alat-alat pengetahuan yang ampuh.
Setelah menyadari bahwa sistem ekonomi merupakan fondasi, yang di atasnya superstruktur politik didirikan, Marx mencurahkan sebagian besar perhatiannya untuk mempelajari sistem ekonomi ini. Karya Marx yang prinsipal, das kapital, merupakan hasil studinya yang mendalam terhadap sistem ekonomi modern: kapitalisme.
Ilmu penting ekonomi politik yang klasik, sebelum Marx, berkembang di Inggris, negeri kapitalis yang paling maju saat itu. Adam Smith dan David Ricardo, dengan investigasi mereka terhadap sistem ekonomi, meletakkan dasar-dasar dari teori nilai kerja. Marx melanjutkan karya mereka, ia menguji teori itu dan mengembangkannya secara konsisten. Ia melihat bahwa nilai dari setiap komoditi ditentukan oleh kuantitas waktu kerja yang dibutuhkan secara sosial, yang digunakan untuk memproduksi komoditi itu.
Jika para ahli ekonomi borjuis melihat hubungan antar-benda (pertukaran antar-komoditi), Marx memperhatikan hubungan antar-manusia. Pertukaran komoditi mencerminkan hubungan-hubungan di antara para produser individual yang terjalin melalui pasar. Uang memperlihatkan bagaimana hubungan itu menjadi semakin erat, yang tanpa terpisahkan menyatukan seluruh kehidupan ekonomi dari para produser menjadi satu keseluruhan. Modal (kapital) memperlihatkan suatu perkembangan lanjutan dari hubungan ini: tenaga kerja manusia menjadi suatu komoditi. Para pekerja upahan menjual tenaga kerjanya kepada para pemilik tanah, pemilik pabrik dan alat-alat kerja. Seorang pekerja menggunakan sebagian waktu kerjanya untuk menutup biaya hidupnya dan keluarganya (mendapat upah), sebagian lain waktu kerjanya digunakan tanpa mendapat upah, semata-mata hanya mendatangkan nilai lebih untuk para pemilik modal. Nilai lebih merupakan sumber keuntungan, sumber kemakmuran bagi kelas pemilik modal.
Doktrin tentang nilai lebih merupakan dasar (cornerstone) dari teori ekonomi yang dikemukakan oleh Marx. Modal yang diciptakan dari hasil kerja para pekerja, justru menghantam para pekerja, memporakporandakan para pemilik modal kecil dan menciptakan barisan pengangguran. Dalam bidang industri, kemenangan produksi berskala besar segera tampak, tetapi gejala yang sama juga dapat dilihat pada bidang pertanian, di mana keunggulan pertanian bermodal besar semakin dikembangkan. Penggunaan mesin-mesin pertanian ditingkatkan, mengakibatkan ekonomi para petani kecil terjebak oleh modal-uang, kemudian jatuh dan hancur berantakan disebabkan teknik produksi yang kalah bersaing. Penurunan produksi berskala kecil mengambil bentuk-bentuk yang berbeda dalam bidang pertanian, akan tetapi proses penurunan itu sendiri merupakan suatu hal yang tidak terbantahkan.
Dengan menghancurkan produksi berskala kecil, modal mendorong peningkatan produktivitas kerja dan menciptakan posisi monopoli bagi asosiasi kapitalis besar. Produksi itu sendiri menjadi semakin sosial, ratusan ribu, bahkan jutaan pekerja diikat dalam suatu organisme ekonomi reguler, tetapi hasil dari kerja kolektif ini dinikmati oleh sekelompok pemilik modal. Anarki produksi, krisis, kekacauan harga pasaran, serta ancaman terhadap sebagian terbesar anggota masyarakat, semakin memburuk.
Dengan mengembangkan ketergantungan para pekerja pada modal, sistem ekonomi kapitalis menciptakan kekuatan besar dari persatuan para pekerja. Marx menyelidiki perkembangan kapitalisme dari ekonomi komoditi tahap awal, dari pertukaran yang sederhana, hingga bentuk-bentuknya yang tertinggi, produksi berskala besar.
Dan dari pengalaman negeri-negeri kapitalis, yang lama dan baru, dari tahun ke tahun, terlihat dengan jelas kebenaran dari doktrin-doktrin marxian ini.
Kapitalisme telah menang di seluruh dunia, tetapi kemenangan ini hanyalah merupakan awal dari kemenangan para pekerja terhadap modal yang membelenggu mereka.
Ketika feodalisme tersingkir, dan masyarakat “merdeka” kapitalis muncul di dunia, maka muncullah suatu sistem untuk penindasan dan eksploitasi terhadap golongan pekerja. Berbagai doktrin sosialis segera muncul sebagai refleksi dari dan protes terhadap penindasan ini. Sosialisme pada awalnya, bagaimanapun, merupakan sosialisme utopis. Ia mengkritik masyarakat kapitalis, mengutuknya, memimpikan keruntuhan kapitalisme. Ia mempunyai gagasan akan adanya pemerintahan yang lebih baik yang berusaha membuktikan kepada orang-orang kaya bahwa eksploitasi itu tidak bermoral.
Namun sosialisme utopis tidak memberikan solusi nyata. Ia tak dapat menjelaskan sifat sebenarnya dari perbudakan upahan di bawah sistem kapitalisme. Ia tak mampu mengungkapkan hukum-hukum perkembangan kapitalis atau memperlihatkan kekuatan sosial apa yang mampu membentuk suatu masyarakat yang baru.
Sementara itu, berbagai revolusi terjadi di Eropa, khususnya di Prancis, mengiringi kejatuhan feodalisme, perhambaan, yang semakin lama semakin jelas mengungkapkan perjuangan kelas-kelas sebagai basis dan kekuatan pendorong dari semua perkembangan.
Setiap kemenangan kebebasan politis atas kelas feodal dimenangkan dari perlawanan yang mati-matian. Setiap negeri kapitalis berkembang di atas basis yang kurang-lebih demokratis, diakibatkan adanya perjuangan hidup-mati di antara kelas-kelas yang ada dalam masyarakat kapitalis.
Kejeniusan Marx adalah karena ia yang pertama kali menyimpulkan pelajaran sejarah dunia dengan tepat dan menerapkan pelajaran itu secara konsisten. Kesimpulan yang dibuatnya menjadi doktrin dari perjuangan kelas.
Rakyat selalu menjadi korban dari penipuan dan kemunafikan dunia politik, mereka akan selalu begitu sampai mereka mencoba mencari tahu apa kepentingan dari kelas-kelas yang ada dalam masyarakat, apa yang ada di balik segala macam ajaran moral, agama dan janji-janji politik. Para pemenang dari proses reformasi dan pembangunan akan selalu terkecoh oleh para pendukung pemerintahan lama, sampai mereka menyadari bahwa setiap lembaga yang lama, sekeji apapun tampaknya, akan tetap dijalankan oleh kekuatan-kekuatan dari kelas-kelas tertentu yang berkuasa. Hanya ada satu kelompok yang mampu menghantam usaha perlawanan dari kelas-kelas itu, dan itu bisa ditemukan dalam masyarakat kita, kelompok yang mampu dan harus menggalang kekuatan untuk perjuangan menyingkirkan yang lama dan mendirikan yang baru.
Filosofi materialisme yang dipaparkan Marx menunjukkan jalan bagi proletariat untuk bebas dari perbudakan spiritual yang membelenggu setiap kelas yang tertindas hingga kini. Teori ekonomi yang dijabarkan Marx menjelaskan posisi sebenarnya dari proletariat di dalam sistem kapitalisme.
Organisasi-organisasi independen milik proletariat semakin bertambah banyak jumlahnya, dari Amerika hingga Jepang, dari Swedia hingga Afrika Selatan. Proletariat menjadi semakin tercerahkan dan terdidik dengan membiayai perjuangannya sendiri; mereka membuktikan kesalahan tuduhan-tuduhan masyarakat borjuis; mereka terus memperbaiki strategi perjuangan; menggalang kekuatan dan tumbuh tak terbendung.
Prosveshcheniye No. 3, Maret 1913 Selected Works, Vol. 19, pp. 23-28
Ditandatangani V.I.
Doktrin tersebut dimaksudkan untuk kepentingan politik Lenin. Dengan penafsiran semena-mena, teori materialisme Marx dijadikan alasan pembenaran tindakannya sebagai seorang diktator yang membunuh jutaan manusia. Lenin mengambil teori Mark tentang materialisme, yaitu setiap materi di dunia ini pada hakikatnya sama, hanya berbeda tingkat kekompleksitasannya saja.
Teori Marx tersebut oleh Lenin diartikan bahwa manusia adalah materi, binatang dan makhluk hidup maupun benda mati adalah materi. Jadi, manusia sebenarnya sama saja dengan binatang, tumbuhan, dan benda mati lainnya. Oleh karena itu, membunuh manusia bukanlah suatu kejahatan, karena sama halnya dengan membunuh nyamuk atau menginjak semut, karena manusia dan binatang tersebut tersusun dari unsur-unsur materi yang sama atau tidak jauh berbeda.
Dengan landasan pemikiran tersebut Lenin memperjuangkan visi misi komunis dengan menghalalkan segala cara, yaitu melenyapkan semua orang yang menentangnya. Hal inilah yang ditentang oleh berbagai pihak. Marxisme-leninisme dan komunisme dipandang tidak memanusiakan manusia.
5. Pengaruh Marxisme-leninisme dalam Kesusastraan Indonesia
Marxisme-leninisme pada masa itu menjadi kekuatan tangguh yang mempengaruhi peradaban seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Begitu pula pada masa-masa berikutnya, marxis masuk dalam semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam kebudayaan dan kesusastraan. Begitu banyak respon terhadap pemikiran marxis, baik berupa penentangan maupun dukungan. Sampai akhirnya muncul teori sosial marxis yang menduduki posisi dominan dalam segala diskusi sosiologi sastra.
Penyebaran marxis yang begitu cepat juga disebabkan oleh latar belakang Marx yang dianggap sebagai pencetus marxis. Marx yang pada mulanya adalah sastrawan, dan teorinya tidak hanya memberikan perhatian khusus pada kesusastraan, tetapi juga dipengaruhi dunia romantik kesusastraan. Selain itu, di dalam teori sosial Marx juga terbangun suatu totalitas kehidupan sosial sacara integral dan sistematik yang menempatkan kesusastraan sebagai lembaga sosial yang setara dengan ilmu pengetahuan, agama, dan politik.
Dalam studi sosiologi sastra, marxisme memuat konsep suatu masyarakat terbagi dalam hubungan-hubungan produksi yang kemudian dibagi lagi dalam hubungan-hubungan sosial yang lain. Hubungan-hubungan sosial, lembaga-lembaga, hukum-hukum, agama, filsafat, dan kesusastraan merupakan superstruktur masyarakat yang ditentukan oleh infrastruktur masyarakat yang berupa hubungan produksi. Seorang tuan tidak hanya memerintah/mengatur produksi, tetapi mengatur seluruh masyarakat. Budak hanyalah pembuat dan pelaksana hukum dan undang-undang yang mereka buat untuk melindungi hak miliknya sendiri.
Namun Marx sendiri sebenarnya tidak menerapkan secara ketat teori tersebut dalam kesusastraan. Marx terombang-ambing di antara dua kecenderungan untuk menempatkan kesusastraan sebagai gejala yang ditentukan oleh infrastruktur sesuai teori. Namun di lain pihak terdapat juga kecenderungan untuk memberikan posisi yang relatif otonom pada kesusastraan, yaitu sebagai gejala pertama yang menentukan dirinya sendiri.
Di Indonesia, ajaran marxis ditentang keras oleh pemerintahan pada masa sebelum kemerdekaan dan pada masa Orde Baru. Namun tidak begitu halnya bagi para sastrawan indonesia. Ada banyak karya sastra Indonesia yang memuat ajaran marxis yang berbentuk novel, roman, dan puisi.
Pada masa kolonial Belanda, novel-novel yang mengandung ajaran marxis disegel pemerintah dan dianggap sebagai bacaan liar atau bacaan terlarang bagi rakyat. Novel-novel tersebut misalnya Student Hijo karya Mas Marco, Hikayat Kadiroen karya Semaoen, dan sastra peranakan china lainnya seperti Teko jepang, Soe Hoek Gie, dan lainnya.
Pada masa pemerintahan Orde baru misalnya novel Putri karya Putu Wijaya, novel-novel Pramoedya Ananta Tour, roman Atheis karya Achdiat K. , dan lainnya.
Karya-karya tersebut oleh pemerintah dianggap berbahaya, mengandung ajaran pergerakan untuk melakukan perubahan. Hal inilah yang dikhawatirkan pemerintah. Pemerintah takut jika rakyat terpengaruh dengan ajaran tersebut dan akan menentang pemerintah.
Pada masa Orde Baru, Presiden Suharto menentang keras marxisme. Dia berkehendak membangun sosialisme religius di Indonesia. Demi untuk membangun sosialisme religius itu rezim Suharto melarang marxisme-leninisme, melarang tersebarnya karya-karya Bung Karno yang dikatakan banyak memuja marxisme. Sosialisme religius disosialisasikan dengan anti perjuangan kelas, tidak mengakui adanya kelas-kelas di Indonesia.
Suharto mengatakan: “Semangat persatuan terpecah-belah karena ajaran-ajaran kontradiksi dan perjuangan kelas….. Bangsa Indonesia tidak mengenal kelas, sebab kita memang tidak berkelas-kelas dan tidak akan berkelas-kelas”.
Pandangan Suharto yang anti perjuangan kelas ini mendapat dukungan dari sejumlah “cendekiawan”. Demikian menentangnya mereka terhadap kelas, sehingga Pramoedya dengan karyanya Bumi Manusia dinilai telah “terperangkap ke dalam pertentangan kelas”. Meskipun dinilai “adanya kematangan pemilihan persoalan, meninjau persoalan, penyajian persoalan dan penyelesaian persoalan”, di dalam novel tersebut terdapat tokoh yang mewakili kelas sosial tertentu, suatu representative figure yang dianggap merupakan sifat dari karya-karya yang mengikuti pandangan ideologi yang dikemukakan oleh Marx.
Dalam novel Bumi Manusia memang terlihat adanya kelas-kelas. Novel tersebut berusaha membawa generasi muda ke dalam rangka pemikiran mereka yang merupakan pertentangan kelas. Pemerintah orde Baru menilai Bumi Manusia sebagai buku yang mengandung visi yang dapat mendorong pertentangan kelas lewat tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut”. Oleh karena itu, melalui Surat Keputusan Nomor Kep-052/JA/51981, Jaksa Agung RI melarang beredarnya Bumi Manusia terhitung mulai 29 Mei 1981.
Demikianlah ketakutan pemerintah terhadap “pertentangan kelas” hingga pemerintah Orde Baru pada masa itu mengambil keputusan yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia PBB yang menjamin kebebasan mengeluarkan pikiran secara lisan dan tulisan.
6. Marxisme-leninisme Bukan Ajaran Karl Marx
Demikianlah sejarah mencatat, betapa kuatnya doktrin marxisme di sepanjang masa, mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Namun pada hakikatnya, pelembagaan pemikiran Marx menjadi ideologi marxisme-leninisme menimbulkan kesalahpahaman masyarakat atas pemikiran materialisme Marx. Marxisme pada akhirnya memunculkan pengikut-pengikut yang dogmatis dan fanatik. Namun di sisi lain juga memunculkan berbagai bentuk penolakan yang signifikan atas pemikiran Marx.
Menurut Michel hurrungton, Marx sendiri seorang yang selalu menginginkan kebebasan berpikir dan menentang dogmatisme dan fanatik dalam karya-karyanya. Marx yang melihat teori-teorinya disalahtafsirkan mengucapkan pengakuan “Sepanjang yang saya tahu, saya bukan seorang marxis”. (Muhammad Hatta, 1975: 17).
Kesalahpahaman inilah yang menyebabkan pemikiran-pemikiran Marx dianggap menakutkan oleh semua orang, terutama oleh masyarakat yang memiliki trauma politik akibat komunisme, seperti Indonesia. Padahal sepanjang sejarah sebelumnya, Marx memiliki atribut positif dalam masyarakat, yaitu bapak dan guru sosialisme modern, ekonom, dan sosiolog. Hampir semua pemikiran besar modern bidang ekonomi maupun sosiologi dipengaruhi pemikiran kefilsafatan Marx.
7. Materialisme Dialektik Karl Marx
Marxisme-leninisme yang mengatasnamakan pemikiran materialisme Dialektik Karl Mark adalah tidak benar. Marxisme-leninisme merupakan penafsiran yang salah atas materialisme Karl Marx.
Materialisme pada dasarnya merupakan bentuk yang paling radikal dari paham naturalisme (L. Santoso, dkk, 2006 : 38). Menurut William R. Dennes, seorang naturalis, ketika naturalisme modern berpendirian bahwa apa yang dinamakan kenyataan pasti bersifat kealaman, maka kategori pokok untuk memberikan keterangan mengenai kenyataan adalah kejadian. Kejadian-kejadian dalam ruang dan waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada, dan senantiasa dapat dialami manusia. Satuan-satuan semacam itulah yang merupakan satu-satunya penyusun dasar bagi segenap hal yang ada (Katsoff, 1992: 216-218). Materialiseme merupakan bentuk naturalisme yang lebih terbatas dan sempit.
Definisi materialisme menurut Harold H. Titus, dkk (1984: 39), yaitu : pertama, materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi sendiri dan yang bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal serta kesadaran termasuk di dalamnya segala proses psikikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik. Kedua, bahwa doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains fisik. Materialisme modern mengatakan bahwa materi ada sebelum jiwa, dan dunia material adalah yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah yang kedua.
Dalam arti sempit, Materialisme berpendapat bahwa setiap kejadian dan kondisi merupakan akibat dari kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi sebelumnya. Benda-benda organik atau bentuk-bentuk yang lebih tinggi dalam alam hanya merupakan bentuk yang lebih komplek dari bentuk anorganik atau bentuk yang lebih rendah. Semua proses alam, baik organik atau inorganik selalu dapat diramal/diketahui jika kondisi sebelumnya diketahui.
Dengan demikian, titik tekan materialisme adalah materi merupakan ukuran segalanya, melalui paradigma materi ini segala kejadian dapat diterangkan. Dengan kata lain, untuk memahami kenyataan sebenarnya dapat dijelaskan melalui kaidah hukum-hukum fisik (sains), karena kenyataan sebenarnya bersifat materi dan harus dijelaskan dengan ‘frame’ material juga.
Dialektika berasal dari bahasa Yunani ‘dialego’ yang artinya pembalikan, perbantahan. Di dalam pengertian lama, dialektika bermakna sebagai seni pencapaian kebenaran melalui cara pertentangan berikutnya. Selanjutnya dialektika dipergunakan untuk suatu metode dalam memahami kenyataan (Listiyono Santoso, dkk, 2006 : 41).
Dengan demikian, berpikir dialektis dapat diartikan sebagai memahami kenyataan sebagai totalitas yang memiliki unsur-unsur yang saling bernegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi (melawan dan dilawan), dan saling bermediasi (memperantarai dan diperantarai).
Menurut Suseno, (ibid) dialektika memandang apa pun yang ada sebagai ‘kesatuan dari apa yang berlawanan’, sebagai ‘perkembangan melalui langkah-langkah yang saling berlawanan’, sebagai ‘hasil dari, dan unsur dalam, sebuah proses yang maju melalui negasi atau penyangkalan’. Kekhasan negasi itu adalah apa yang dinegasikan tidak dihancurkan atau ditiadakan, tetapi yang disangkal hanyalah segi yang salah, dan kebenarannya tetap diangkat dan diperhatikan.
Dengan demikian, materialisme dialektis Marx terletak pada asumsi dasar yang menyatakan bahwa benda merupakan suatu kenyataan pokok yang selalu terjadi dalam proses perubahan dan pertentangan di dalamnya yang terjadi dalam dunia nyata yang dapat diamati indera dan berpengaruh secara signifikan ke dalam konstruksi kesadaran manusia. Menurut Marx, bukanlah kesadaran manusia yang menentukan adanya mereka, tetapi penghidupan sosial lah yang menentukan kesadarannya.
Materialisme Karl Marx berpegang teguh pada pendapat bahwa kenyataan benar-benar ada secara objektif, tidak hanya ada dalam ide-ide kesadaran manusia. Karl Marx mengartikan materialisme dialektik sebagai keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus, yang memunculkan suatu keadaan akibat adanya pertentangan-pertentangan.
Jadi, dalam filsafat materialisme Marx muncul pemahaman bahwa kenyataan memunculkan kesadaran manusia, yang berarti memunculkan pengetahuan sebagai salah satu bentuk kesadaran. Materi memunculkan ide, dan dunia objektif adalah bahan dasar bagi munculnya pengetahuan manusia. Tanpa materi, maka kesadaran manusia tidak terbentuk, dan tanpa bahan dasar, maka indera manusia tidak memperoleh apa-apa.
Teori materialisme dialektik Karl Marx tidak bermaksud merendahkan derajat manusia atau menyamakan manusia dengan binatang seperti marxisme-leninisme, tetapi teori tersebut dimaksudkan sebagai ilmu pengetahuan yang selanjutnya dapat dikritisi oleh ilmu pengetahuan lain. Teori tersebut juga tidak dimaksudkan sebagai usaha memperjuangkan kaum buruh. Teori Karl Marx pada umumnya, dan materialisme dialektik pada khususnya dimaksudkan hanya sebatas teori untuk ilmu pengetahuan. Marx tidak bersikap fanatik terhadap teori-teorinya, melainkan sangat menginginkan kritik atas teorinya. Dengan adanya kritik, Marx akan lebih mudah mendekatkan teorinya pada kebenaran.
8. Kesimpulan
Marxisme-leninisme merupakan aliran pemikiran yang berhubungan dengan komunisme. Pemikiran tersebut memiliki teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik yang mengatasnamakan pemikiran Marx.
Golongan marxisme menganggap bahwa secara objektif, masyarakat manusia adalah suatu masyarakat yang terdiri dari golongan menindas dan golongan tertindas. Oleh karena itu harus ada perjuangan kelas proletar yang ditindas oleh kelas borjuis. Harus ada penyetaraan atas kehidupan manusia.
Adanya ketidakadilan dalam kehidupan manusia menurut marxisme adalah berakar dari sistem sosial manusia sendiri secara objektif, dan tidak disebabkan oleh faktor subjektif seperti moral dan budaya.
Menurut Karl Marx, marxisme-leninisme tidak sesuai dengan maksud sebenarnya dari apa yang dia kemukakan. Marxisme-leninisme maupun marxisme klasik merupakan bentuk salah tafsir dari ajaran materialismenya. Karl Marx mengatakan, “Sepanjang yang saya tahu, saya bukan seorang marxis”.
Marxisme-leninisme dan marxisme klasik Engel dan Kautsky dalam perjalanan sejarah memunculkan pengikut-pengikut yang dogmatis dan fanatik. Marxisme-leninisme merendahkan derajat manusia, bahkan menyamakan manusia dengan binatang. Pembunuhan terhadap manusia adalah suatu hal yang biasa, sama halnya dengan membunuh nyamuk atau menginjak semut. Oleh karena itu, marxisme-leninisme banyak mendapat penentangan dan ditakuti di seluruh dunia.
Akibat kuatnya doktrin marxisme-leninisme, kesusastraan Indonesia tidak lepas dari pengaruh marxisme. Berdasarkan catatan sejarah, banyak sekali karya sastra yang memuat ajaran marxisme, termasuk juga karya-karya Bung karno.
Hal ini menyebabkan ketakutan dalam diri pemerintah pada masa kolonial dan pada Orde baru. Pada masa Orde baru, marxisme ditentang secara frontal. Banyak sekali penyegelan karya-karya yang dipandang memuat ajaran marxisme, termasuk juga karya-karya Bung Karno yang dilarang diedarkan.
Ajaran marxisme-leninisme jika dipandang dari segi semangat pergerakannya sangatlah bagus. Ada kekuatan semangat yang sangat besar dalam teori “menghalalkan segala cara”, yaitu semangat untuk memperjuangkan perubahan yang tidak pernah terputus. Dari segi inilah para sastrawan Indonesia dan Bung Karno mendukung marxisme. Namun dukungan tersebut bukan berarti membenarkan teori “menghalalkan segala cara”, tetapi mengambil hikmah marxisme sebagai perjuangan yang penuh semangat.
9. Daftar Pustaka
Faruk. 2003. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cetakan ketiga.
Hatta, Mohammad. 1980. Sari Sejarah Filsafat Jilid I. Yogyakarta : Kanisius.
Katsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat. Diterjemahkan oleh Soejono Soemargono. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Santoso, Listiyano, dkk. 2006. Epistemologi Kiri. Yogyakarta : Ar-Ruzz, cetakan kedua.
Suhartono, Suparlan. 2005. Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta : Ar-Ruzz, cetakan kedua.
Suseno, Franz Magnis. 1999. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta : Gramedia.
Titus, Harold H., dkk. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Diterjemahkan oleh Rasjidi. Jakarta : Bulan Bintang.
10. Sumber dari internet :
http://www24.brinkster.com/Indomarxist/vi130004.htm 18 Maret 2008 , pukul 6:31 PM
http://ms.wikipedia.org/wiki/Marxisme Diakses pada 18 Maret 2008 pukul 6:36 PM.
http://rumahkiri.net/index.php?option=com_content&task=view&id=402&Itemid=123 diakses pada 30 maret 2008 pukul 06:30 AM.
http://beritaseni.wordpress.com/2007/06/03/188/ Diakses pada 18 Maret 2008 pukul 06:45 AM.